Saya
tertarik saat melihat sebuah gambar bangunan Villa Isola yang dirancang oleh
Wolf Scoemaker di Bandung tahun 1933. Sekilas tentang Wolff Scomaker yang
merupakan salah satu guru besar arsitektur yang mengajar sebagai dosen sajarah
arsitektur di Sekolah Tinggi Teknik Bandung pada tahun 1924. Prof. Ir. C.P.
Wolff Scoemaker memiliki pengalaman yang sangat luas selama 35 tahun sebagai
arsitek. Banyak sekali karya-karya beliau yang ada di Indonesia khususnya
Bandung, karena pada tahun 1918 beliau memilih Bandung sebagai tempat tinggal
serta tempat kerjanya. Villa Isola merupakan salah satu karya yang masih
bertahan sampai sekarang. Walaupun sudah mengalami beberapa kali perubahan
fungsi bangunan. Hingga sekarang menjadi sedung IKIP Bandung.
Gambar
1.Villa Isola
Villa
Isola sering disebut sebagai salah satu karya arsitektur modern dengan gaya
“Art Deco” yang berhasil di dunia. Tetapi Villa Isola bukan satu-satunya karya
Wolff Schoemarker yang bergaya Art Deco. Ada juga Hotel Grand Preanger yang
dirancang oleh Wolff Schoemarker sebelum Villa Isola. Pada tahun 1920 Hotel
Preanger yang sebelumnya merupakan sebuah toko dibeli oleh seorang belanda yang
bernama W.H.C. Van Deeterkom. Lalu pada tahun 1929 Hotel Grand Preanger
direnovasi dan didesain ulang oleh Wolff Schoemarker dan dibantu dengan
muridnya, Ir. Soekarno (mantan Presidan RI pertama).
Gambar
2. Hotel Grand Preanger
Art
Deco merupakan salah satu gaya yang sangat luas penerapannya. Pada awal
perkembangannya diberbagai negara berbeda-beda karena setiap negara menggudakan
ornamen-ornamen dan historikalnya masing-masing. Art Deco dapat diterapkan
dalam berbagai macam jenis seperti arsitektur, furniture, interior, eksterior, patung, lukisan, poster, film,
pakaian, perhiasan dan masih banyak lagi. Walaupun begitu Art Deco sendiri
tidak mudah untuk didefinisikan. Sejak
tahun 1925 nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang
populer dan moderen di Paris. Kata Art Deco sendiri diperkenalkan pada tahun
1966 dalam sebuah katalog yang diterbitkan oleh Musée
des Arts Decoratifs disebuah pameran dengan tema “Les Années
25”. Pada tahun 1969 Art Deco mendapatkan tempat di dunia seni karena
dipublikasikan di dalam buku yang berjudul “Art Deco” juga, merupakan karangan
Bevis Hillier di Amerika. Akhirnya masa kejayaan Art Deco berakhir sebelum
Perang Dunia II.
Art
Deco dalam arsitektur merupakan ornament-ornamen historis yang juga menerima
pengaruh aliran arsitektur modern yang sedang populer saat itu. Arsitektur
modern yang sedang populer saat itu antara lain Bauhaus, De Stijl, Dutch,
Espressionism, International Style, Rationalism, Scandinavian Romanticism, Arts
and Crafts Movement, Art Nouveau, Jugendstil, Viennese dan Neoclassicsm. Mereka
mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur Art Deco serta memberikan sentuhan-sentuhan
modern. Modern pada saat itu diartikan dengan “Berani tampil beda dan baru,
tampil lebih menarik dari yang lain dan tidak kuno”. Dalam penerapannya sebenarnya
dengan pemilihan warna yang mencolok, proporsi yang tidak biasa, material yang
baru dan dekoratif. Pada arsitektur Art Deco gaya ini tidak menyuguhkan suatu sistem
atau solusi baru, gaya Art Deco berbicara tentang permukaan dan bentuk.
Arsitektur Art Deco merupakan penggunaan ornament, geometri, energy,
retrospeksi, optimism, warna, tekstur, cahaya dan simbolisme.
Gambar
3. Hotel Grand Preanger di Tahun
1920-an
Telah
dijelaskan sebelumnya salah satu
arsitek yang memasukan gaya Art Deco di Indonesia dibawa oleh Prof. Ir. C.P.
Wolff Schoemaker didalam penerapan desainnya pada Villa Isola dan Hotel Grend
Preanger. Pada Gambar 2 dan Gambar 3 bentuk Hotel Grand Preanger sangat
berbeda. Terlihat dari bentuk atap dan ketinggian bangunannya (Gambar 4). Menurt
Glosari Arsitektur (Kamus Istilah dalam Arsitektur) Art Deco memiliki
spesifikasi floor-ceiling (lantai-plafon) + 3,5 meter, bukaan besar-besar,
garis-garis geometri, colorful (dominasi
penggunaan warna-warna terang atau warna-warna ceria yang menimbulkan semangat).
Gambar 4. Bentuk Hotel Grand Preanger di Tahun Sebelum dan Sesudah Di Renovasi
Sumber : Dokumen Pribadi, 2012.
Pada
Gambar 4 penggunaan garis geometri secara skalatis pada sisi kanan dua kali
lipat dari sisi sebelah kiri bangunan (Gambar 4). Bukaan pada bangunan banyak
dan memiliki ukuran yang besar-besar (Gambar 2). Dikatakan bahwa penerapan
desain Wolff Scheomaker pada bangunan ini adalah perpaduan antara Art Deco dan
terpengaruh oleh karya-karya Frank Llyod Wright. Frank Llyod Wright merupan
arsitek terkenal sepanjang masa. Dalam setiap desain Frank Llyod Wright selalu
bermain dengan bentuk dan garis yang simetris. Hotel Grand Preanger sempat
beberapa kali berpindah tangan tetapi fungsi masih tetap sama. Desain Hotel
Grand Preanger masih dipertahankan sampai sekarang.
Wolff
Schoemaker diminta oleh Dominique Willem Berrety untuk membangun sebuah villa
didaerah pegunungan. Dominique Willem Berrety adalah hartawan yang berprofesi
sebagai wartawan dan raja Koran Hindia-belanda (Indonesia) keturunan Jawa dan
Italia. Nama Villa Isola (villa terpencil) terinpirasi dari jalan hidup yang
dipilih oleh Dominique Willem Berrety “M’isole e vivo” yaitu “saya mengasingkan
diri dan bertahan hidup”. Baru satu tahun Villa Isola dihuni Dominique Willem
Berrety wafat dalam perjalan pulang ke Batavia. Dominique Willem Berrety
mengalami kecelakaan pesawat yang ditumpanginya dari Amsterdam ke Batavia.
Kemudian Villa Isola dijual dan menjadi bangian dari Hotel Savoy Homann.
Selanjutnya Villa Isola digunakan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Bandung, yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sampai
sekarang.
Meliahat
Villa Isola dan Hotel Grand Preanger dari segi arsitektur dapat menggambarkan
kehidupan jaman itu. Dimana aliran De Stijl dari Belanda mempengaruhi dalam
pengkomposisisan bentuk bangunan, yang memiliki konsep arsitektural “kembali ke
bentuk yang sederhana”. De Stijl atau dalam Bahasa Inggris the style adalah gerakan seni di Leiden, Belanda. Pada dasarnya
aliran De Stijl hanya bergerak dalam dunia lukis. Tetapi konsep De Stijl yang
abstraksi secara ideal mengkomposisiskan warna dalam bentuk dua dimensi hingga
menghasilkan kesan ruang. Secara umun De Stijl memperkenalkan bentuk yang
abstrak namun sedarhana. Aliran De Stijl ini banyak mempengaruhi penganut
arsitektur Art Deco di Indonesia salah satunya Wolff Shoemarker dalam karyanya di Villa Isola.
Villa
Isola dan Hotel Grand Preanger merupakan gedung bersejarah yang mengalami
banyak cerita dari mulai dibangunnya hingga masih berdiri sampai sekarang.
Sehingga kita dapat mengetahui dari sejarah yang merupakan ilmu pengetahuan dan dapat dipelajari dan ditelusuri
kebenarannya. Sejarah menjadi warisan berharga karena dari sejarah kita
dapat belajar mulai dari perkembangan arsitektur, gaya arsitektur, konstruksi
dan lain-lain.
Arsitektur
perlu mempertimbangkan aspek sejarah, jika wilayah atau bangunan tersebut
memiliki nilai historis. Sejarah merupan identitas yang dapat
membentuk sebuah citra suatu bangunan atau wilayah. Apalagi di Indonesia
yang memiliki banyak fase dari masa kerajaan, kolonial, kemerdekaan dan
seterusnya sekarang menjadi Negara Demokrasi.
Dalam
pembahasan Arsitektur dan Sejarah ini membuat saya merasakan pengalan yang baru
dan dapat melihat pada masa lampau bagaimana perkembangan arsitektur pada saat
itu. Tidak dapat dipungkiri pada masa penjajahan Belanda dan Jepang adalah masa
dimana masuknya gaya arsitektur baru yang menjadikan Indonesia lebih kaya lagi
dalam arsitektur. Perpaduan antara arsitektur tradisional, gaya Art Deco dan aliran De Stijl menghasilkan bentuk baru arsitektur pada masa itu. Hingga menjadi warisan untuk
Bangsa Indonesia.
Referensi
Referensi
Jessup, Helen (1982), Four Dutch
Building in Indonesia I, Henri Maclaine Pont’s Institute of Technology,
Bandung, dalam majalah Orientation 13 (1982), No.9, hal.32-39.
Jessup, Helen (1982a), Four Dutch
Building in Indonesia IV, Henri Maclaine Pont’s , Church Pohsarang, dalam
majalah Orientation 13 (1982), No.12, hal.22-34.
Wardono U,P. (2009), Glosari
Arsitektur, Kamus Istilah dalam
Arsitektur, ANDI, Yogyakarta.
Internet