Rabu, 23 Mei 2012

Mengenag Kembali Masa Kejayaan “Arc Deco” Dalam Arsitektur di Indonesia


Saya tertarik saat melihat sebuah gambar bangunan Villa Isola yang dirancang oleh Wolf Scoemaker di Bandung tahun 1933. Sekilas tentang Wolff Scomaker yang merupakan salah satu guru besar arsitektur yang mengajar sebagai dosen sajarah arsitektur di Sekolah Tinggi Teknik Bandung pada tahun 1924. Prof. Ir. C.P. Wolff Scoemaker memiliki pengalaman yang sangat luas selama 35 tahun sebagai arsitek. Banyak sekali karya-karya beliau yang ada di Indonesia khususnya Bandung, karena pada tahun 1918 beliau memilih Bandung sebagai tempat tinggal serta tempat kerjanya. Villa Isola merupakan salah satu karya yang masih bertahan sampai sekarang. Walaupun sudah mengalami beberapa kali perubahan fungsi bangunan. Hingga sekarang menjadi sedung IKIP Bandung. 

              
Gambar 1.Villa Isola


Villa Isola sering disebut sebagai salah satu karya arsitektur modern dengan gaya “Art Deco” yang berhasil di dunia. Tetapi Villa Isola bukan satu-satunya karya Wolff Schoemarker yang bergaya Art Deco. Ada juga Hotel Grand Preanger yang dirancang oleh Wolff Schoemarker sebelum Villa Isola. Pada tahun 1920 Hotel Preanger yang sebelumnya merupakan sebuah toko dibeli oleh seorang belanda yang bernama W.H.C. Van Deeterkom. Lalu pada tahun 1929 Hotel Grand Preanger direnovasi dan didesain ulang oleh Wolff Schoemarker dan dibantu dengan muridnya, Ir. Soekarno (mantan Presidan RI pertama).

            
Gambar 2. Hotel Grand Preanger

Art Deco merupakan salah satu gaya yang sangat luas penerapannya. Pada awal perkembangannya diberbagai negara berbeda-beda karena setiap negara menggudakan ornamen-ornamen dan historikalnya masing-masing. Art Deco dapat diterapkan dalam berbagai macam jenis seperti arsitektur, furniture, interior, eksterior, patung, lukisan, poster, film, pakaian, perhiasan dan masih banyak lagi. Walaupun begitu Art Deco sendiri tidak mudah untuk didefinisikan. Sejak  tahun 1925 nama Art Deco dipakai untuk menamai seni yang saat itu sedang populer dan moderen di Paris. Kata Art Deco sendiri diperkenalkan pada tahun 1966 dalam sebuah katalog yang diterbitkan oleh Musée des Arts Decoratifs disebuah pameran dengan tema “Les Années 25”. Pada tahun 1969 Art Deco mendapatkan tempat di dunia seni karena dipublikasikan di dalam buku yang berjudul “Art Deco” juga, merupakan karangan Bevis Hillier di Amerika. Akhirnya masa kejayaan Art Deco berakhir sebelum Perang Dunia II.

Art Deco dalam arsitektur merupakan ornament-ornamen historis yang juga menerima pengaruh aliran arsitektur modern yang sedang populer saat itu. Arsitektur modern yang sedang populer saat itu antara lain Bauhaus, De Stijl, Dutch, Espressionism, International Style, Rationalism, Scandinavian Romanticism, Arts and Crafts Movement, Art Nouveau, Jugendstil, Viennese dan Neoclassicsm. Mereka mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur Art Deco serta memberikan sentuhan-sentuhan modern. Modern pada saat itu diartikan dengan “Berani tampil beda dan baru, tampil lebih menarik dari yang lain dan tidak kuno”. Dalam penerapannya sebenarnya dengan pemilihan warna yang mencolok, proporsi yang tidak biasa, material yang baru dan dekoratif. Pada arsitektur Art Deco gaya ini tidak menyuguhkan suatu sistem atau solusi baru, gaya Art Deco berbicara tentang permukaan dan bentuk. Arsitektur Art Deco merupakan penggunaan ornament, geometri, energy, retrospeksi, optimism, warna, tekstur, cahaya dan simbolisme.

                
Gambar 3. Hotel Grand Preanger di Tahun 1920-an

Telah dijelaskan sebelumnya  salah satu arsitek yang memasukan gaya Art Deco di Indonesia dibawa oleh Prof. Ir. C.P. Wolff Schoemaker didalam penerapan desainnya pada Villa Isola dan Hotel Grend Preanger. Pada Gambar 2 dan Gambar 3 bentuk Hotel Grand Preanger sangat berbeda. Terlihat dari bentuk atap dan ketinggian bangunannya (Gambar 4). Menurt Glosari Arsitektur (Kamus Istilah dalam Arsitektur) Art Deco memiliki spesifikasi floor-ceiling (lantai-plafon) + 3,5 meter, bukaan besar-besar, garis-garis geometri, colorful (dominasi penggunaan warna-warna terang atau warna-warna ceria yang menimbulkan semangat).

                  
Gambar 4. Bentuk Hotel Grand Preanger di Tahun Sebelum dan Sesudah Di Renovasi
Sumber : Dokumen Pribadi, 2012.


Pada Gambar 4 penggunaan garis geometri secara skalatis pada sisi kanan dua kali lipat dari sisi sebelah kiri bangunan (Gambar 4). Bukaan pada bangunan banyak dan memiliki ukuran yang besar-besar (Gambar 2). Dikatakan bahwa penerapan desain Wolff Scheomaker pada bangunan ini adalah perpaduan antara Art Deco dan terpengaruh oleh karya-karya Frank Llyod Wright. Frank Llyod Wright merupan arsitek terkenal sepanjang masa. Dalam setiap desain Frank Llyod Wright selalu bermain dengan bentuk dan garis yang simetris. Hotel Grand Preanger sempat beberapa kali berpindah tangan tetapi fungsi masih tetap sama. Desain Hotel Grand Preanger masih dipertahankan sampai sekarang.

Wolff Schoemaker diminta oleh Dominique Willem Berrety untuk membangun sebuah villa didaerah pegunungan. Dominique Willem Berrety adalah hartawan yang berprofesi sebagai wartawan dan raja Koran Hindia-belanda (Indonesia) keturunan Jawa dan Italia. Nama Villa Isola (villa terpencil) terinpirasi dari jalan hidup yang dipilih oleh Dominique Willem Berrety “M’isole e vivo” yaitu “saya mengasingkan diri dan bertahan hidup”. Baru satu tahun Villa Isola dihuni Dominique Willem Berrety wafat dalam perjalan pulang ke Batavia. Dominique Willem Berrety mengalami kecelakaan pesawat yang ditumpanginya dari Amsterdam ke Batavia. Kemudian Villa Isola dijual dan menjadi bangian dari Hotel Savoy Homann. Selanjutnya Villa Isola digunakan oleh Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sampai sekarang.

Meliahat Villa Isola dan Hotel Grand Preanger dari segi arsitektur dapat menggambarkan kehidupan jaman itu. Dimana aliran De Stijl dari Belanda mempengaruhi dalam pengkomposisisan bentuk bangunan, yang memiliki konsep arsitektural “kembali ke bentuk yang sederhana”. De Stijl atau dalam Bahasa Inggris the style adalah gerakan seni di Leiden, Belanda. Pada dasarnya aliran De Stijl hanya bergerak dalam dunia lukis. Tetapi konsep De Stijl yang abstraksi secara ideal mengkomposisiskan warna dalam bentuk dua dimensi hingga menghasilkan kesan ruang. Secara umun De Stijl memperkenalkan bentuk yang abstrak namun sedarhana. Aliran De Stijl ini banyak mempengaruhi penganut arsitektur Art Deco di Indonesia salah satunya Wolff Shoemarker dalam karyanya di Villa Isola. 

Villa Isola dan Hotel Grand Preanger merupakan gedung bersejarah yang mengalami banyak cerita dari mulai dibangunnya hingga masih berdiri sampai sekarang. Sehingga kita dapat mengetahui dari sejarah yang merupakan ilmu pengetahuan dan dapat dipelajari dan ditelusuri kebenarannya. Sejarah menjadi warisan berharga karena dari sejarah kita dapat belajar mulai dari perkembangan arsitektur, gaya arsitektur, konstruksi dan lain-lain.

Arsitektur perlu mempertimbangkan aspek sejarah, jika wilayah atau bangunan tersebut memiliki nilai historis. Sejarah merupan identitas yang dapat membentuk sebuah citra suatu bangunan atau wilayah. Apalagi di Indonesia yang memiliki banyak fase dari masa kerajaan, kolonial, kemerdekaan dan seterusnya sekarang menjadi Negara Demokrasi.

Dalam pembahasan Arsitektur dan Sejarah ini membuat saya merasakan pengalan yang baru dan dapat melihat pada masa lampau bagaimana perkembangan arsitektur pada saat itu. Tidak dapat dipungkiri pada masa penjajahan Belanda dan Jepang adalah masa dimana masuknya gaya arsitektur baru yang menjadikan Indonesia lebih kaya lagi dalam arsitektur. Perpaduan antara arsitektur tradisional, gaya Art Deco dan aliran De Stijl menghasilkan bentuk baru arsitektur pada masa itu. Hingga menjadi warisan untuk Bangsa Indonesia.



Referensi


Jessup, Helen (1982), Four Dutch Building in Indonesia I, Henri Maclaine Pont’s Institute of Technology, Bandung, dalam majalah Orientation 13 (1982), No.9, hal.32-39.

Jessup, Helen (1982a), Four Dutch Building in Indonesia IV, Henri Maclaine Pont’s , Church Pohsarang, dalam majalah Orientation 13 (1982), No.12, hal.22-34.

Wardono U,P. (2009), Glosari Arsitektur, Kamus Istilah dalam Arsitektur, ANDI, Yogyakarta.




Internet